Jumat, 28 Agustus 2009

Mencari Lailatul Qadar

#

Syaikh Salim Bin Ied Al Hilaly dan Syaikh Ali Bin Hasan Bin Ali Bin Abdul Hamid
Keutamaannya sangat besar, karena malam ini menyaksikan turunnya Al Quran Al Karim yang membimbing orang-orang yang berpegang dengannya ke jalan kemuliaan dan mengangkatnya ke derajat yang mulia dan abadi. Ummat Islam yang mengikuti sunnah Rasulnya tidak memasang tanda-tanda tertentu dan tidak pula menancapkan anak-anak panah untuk memperingati malam ini (malam Lailatul Qodar/Nuzul Qur’an, red), akan tetapi mereka bangun di malam harinya dengan penuh iman dan mengharap pahala dari Allah.
Inilah wahai saudaraku muslim, ayat-ayat Qur’aniyah dan hadits-hadits Nabawiyyah yang shahih yang menjelaskan tentang malam tersebut.

1. Keutamaan Malam Lailatul Qadar
Cukuplah untuk mengetahui tingginya kedudukan Lailatul Qadar dengan mengetahui bahwasanya malam itu lebih baik dari seribu bulan, Allah berfirman (yang artinya),
[1] Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur’an) pada malam kemuliaan. [2] Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? [3] Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. [4] Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. [5] Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar. [QS Al Qadar: 1 - 5]
Dan pada malam itu dijelaskan segala urusan nan penuh hikmah,[3]Sesungguhnya Kami menurunkannya pada suatu malam yang diberkahi dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. [4] Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah, [5] (yaitu) urusan yang besar dari sisi Kami. Sesungguhnya Kami adalah Yang mengutus rasul-rasul, [6] sebagai rahmat dari Tuhanmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. [QS Ad Dukhoon: 3 - 6]

2. Waktunya
Diriwayatkan dari Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bahwa malam tersebut terjadi pada malam tanggal 21, 23, 25, 27, 29 dan akhir malam bulan Ramadhan. (Pendapat-pendapat yang ada dalam masalah ini berbeda-beda, Imam Al Iraqi telah mengarang satu risalah khusus diberi judul Syarh Shadr bidzkri Lailatul Qadar, membawakan perkatan para ulama dalam masalah ini, lihatlah).
Imam Syafi’i berkata, “Menurut pemahamanku, wallahu a’lam, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menjawab sesuai yang ditanyakan, ketika ditanyakan kepada beliau, “Apakah kami mencarinya di malam hari?”, beliau menjawab, “Carilah di malam tersebut.”. (Sebagaimana dinukil al Baghawi dalam Syarhus Sunnah 6/388).
Pendapat yang paling kuat, terjadinya malam Lailatul Qadr itu pada malam terakhir bulan Ramadhan, berdasarkan hadits ‘Aisyah radiyallahu ‘anha, dia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beri’tikaf di sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan dan beliau bersabda, (yang artinya) “Carilah malam Lailatur Qadar di (malam ganjil) pada sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan.” (HR Bukhari 4/255 dan Muslim 1169)
Jika seseorang merasa lemah atau tidak mampu, janganlah sampai terluput dari tujuh hari terakhir, karena riwayat Ibnu Umar (dia berkata): Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Carilah di sepuluh hari terakhir, jika tidak mampu maka jangan sampai terluput tujuh hari sisanya.” (HR Bukhari 4/221 dan Muslim 1165).
Ini menafsirkan sabdanya (yang artinya), “Aku melihat mimpi kalian telah terjadi, maka barangsiapa ingin mencarinya, carilah pada tujuh hari yang terakhir.” (Lihat maraji’ diatas).
Telah diketahui dalam sunnah, pemberitahuan ini ada karena perdebatan para sahabat. Dari Ubadah bin Shamit radhiyallahu ‘anhu, ia berkata Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam keluar pada malam Lailatul Qadar, ada dua orang sahabat berdebat, beliau bersabda, “Aku keluar untuk mengkhabarkan kepada kalian tentang malam Laitul Qadar, tetapi fulan dan fulan (dua orang) berdebat hingga diangkat tidak bisa lagi diketahui kapan lailatul qadar terjadi), semoga ini lebih baik bagi kalian, maka carilah pada malam 29, 27, 25 (dan dalam riwayat lain: tujuh, sembilan, lima).” (HR Bukhari 4/232).
Telah banyak hadits yang mengisyaratkan bahwa malam Lailatul Qadar itu pada sepuluh hari terakhir, yang lainnya menegaskan di malam ganjil sepuluh hari terakhir. Hadits yang pertama sifatnya umum, sedang hadits kedua adalah khusus, maka riwayat yang khusus lebih diutamakan daripada yang umum, dan telah banyak hadits yang lebih menerangkan bahwa malam Lailatul Qadar itu ada pada tujuh hari terakhir bulan Ramadhan, tetapi ini dibatasi kalau tidak mampu dan lemah, tidak ada masalah. Maka dengan ini, cocoklah hadits-hadits tersebut, tidak saling bertentangan, bahkan bersatu tidak terpisahkan.
Kesimpulannya, jika seseorang muslim mencari malam Lailatul Qadar, carilah pada malam ganjil sepuluh hari terakhir, 21, 23, 25, 27 dan 29. Kalau lemah dan tidak mampu mencari ppada sepuluh hari terakhir, maka carilah pada malam ganjil tujuh hari terakhir yaitu 25, 27 dan 29. Wallahu a’lam.
Paling benarnya pendapat lailatul qadr adalah pada tanggal ganjil 10 hari terakhir pada bulan Ramadhan, yang menunjukkan hal ini adalah hadits Aisyah, ia berkata: Adalah Rasulullah beri’tikaf pada 10 terakhir pada bulan Ramadhan dan berkata, “Selidikilah malam lailatul qadr pada tanggal ganjil 10 terakhir bulan Ramadhan.”3. Bagaimana Mencari Malam Lailatul Qadar
Sesungguhnya malam yang diberkahi ini, barangsiapa yang diharamkan untuk mendapatkannya, maka sungguh telah diharamkan seluruh kebaikan (baginya). Dan tidaklah diharamkan kebaikan itu, melainkan (bagi) orang yang diharamkan (untuk mendapatkannya). Oleh karena itu, dianjurkan bagi muslimin (agar) bersemangat dalam berbuat ketaatan kepada Allah untuk menghidupkan malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharapkan pahalaNya yang besar, jika (telah) berbuat demikian (maka) akan diampuni Allah dosa-dosanya yang telah lalu. (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759).
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Barangsiapa berdiri (shalat) pada malam Lailatul Qadar dengan penuh keimanan dan mengharap pahala dari Allah, maka diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.” (HR Bukhari 4/217 dan Muslim 759)
Disunnahkan untuk memperbanyak do’a pada malam tersebut. Telah diriwayatkan dari sayyidah ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, (dia) berkata, “Aku bertanya, Ya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, apa pendapatmu jika aku tahu kapan malam Lailatul Qadar (terjadi), apa yang harus aku ucapkan?” Beliau menjawab, “Allahumma innaka ‘afuwwun tuhibbul ‘afwa fa’fu ‘annii. Ya Allah, Engkau Maha Pengampun dan mencintai orang yang meminta ampunan, maka ampunilah aku.” (HR Tirmidzi (3760), Ibnu Majah (3850), dari Aisyah, sanadnya shahih. Lihat syarahnya Bughyatul Insan fi Wadhaifi Ramadhan, halaman 55-57, karya ibnu Rajab al Hanbali).
Saudaraku -semoga Allah memberkahimu dan memberi taufiq kepadamu untuk mentaatiNya - engkau telah mengetahui bagaimana keadaan malam Lailatul Qadar (dan keutamaannya) maka bangunlah (untuk menegakkan sholat) pada sepuluh malam hari terakhir, menghidupkannya dengan ibadah dan menjauhi wanita, perintahkan kepada istrimu dan keluargamu untuk itu dan perbanyaklah amalan ketaatan.
Dari Aisyah radhiyallahu ‘anha, “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam apabila masuk pada sepuluh hari (terakhir bulan Ramadhan), beliau mengencangkan kainnya (menjauhi wanita yaitu istri-istrinya karena ibadah, menyingsingkan badan untuk mencari Lailatul Qadar), menghidupkan malamnya dan membangunkan keluarganya.” (HR Bukhari 4/233 dan Muslim 1174).
Juga dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, (dia berkata), “Adalah Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersungguh-sungguh (beribadah apabila telah masuk) malam kesepuluh (terakhir), yang tidak pernah beliau lakukan pada malam-malam lainnya.” (HR Muslim 1174).4. Tanda-tandanya
Ketahuilah hamba yang taat -mudah-mudahan Allah menguatkanmu dengan ruh dariNya dan membantu dengan pertolonganNya- sesungguhnya Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menggambarkan paginya malam Lailatul Qadar agar seorang muslim mengetahuinya.
Dari Ubay radhiyallahu ‘anhu, ia berkata: Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda (yang artinya), “Pagi hari malam Lailatul Qadar, matahari terbit tanpa sinar menyilaukan, seperti bejana hingga meninggi.” (HR Muslim 762).
Dari Abu Hurairah, ia berkata: Kami menyebutkan malam Lailatul Qadar di sisi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beliau bersabda (yang artinya), “Siapa di antara kalian yang ingat ketika terbit bulan, seperti syiqi jafnah.” (HR Muslim 1170. Perkataannya “Syiqi Jafnah”, syiq artinya setengah, jafnah artinya bejana. Al Qadli ‘Iyadh berkata, “Dalam hadits ini ada isyarat bahwa malam Lailatul Qadar hanya terjadi di akhir bulan, karena bulan tidak akan seperti demikian ketika terbit kecuali di akhir-akhir bulan.”)

Selengkapnya......

Sabtu, 25 Juli 2009

Kisah Lelaki Sejati

#

Aku bertanya pada Bunda, bagaimana memilih lelaki sejati?
Bunda menjawab, Nak...

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari bahunya yang
kekar, tetapi dari kasih sayangnya pada orang
disekitarnya....

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari suaranya yang
lantang, tetapi dari kelembutannya mengatakan
kebenaran.....

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari jumlah sahabat
di sekitarnya, tetapi dari sikap bersahabatnya pada
generasi muda bangsa ...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari bagaimana dia
di hormati ditempat bekerja, tetapi bagaimana dia
dihormati didalam rumah...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari kerasnya
pukulan, tetapi dari sikap bijaknya memahami
persoalan...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari dadanya yang
bidang, tetapi dari hati yang ada dibalik itu...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari banyaknya
wanita yang memuja, tetapi komitmennya terhadap wanita
yang dicintainya...

Laki-laki sejati bukanlah dilihat dari jumlah barbel
yang dibebankan, tetapi dari tabahnya dia menghadapi
lika-liku kehidupan...

Laki-laki Sejati bukanlah dilihat dari kerasnya
membaca kitab suci, tetapi dari konsistennya dia
menjalankan apa yang ia baca...

Selengkapnya......

Kamis, 02 Juli 2009

Tidak Sekedar Menjenguk si Sakit

#

Rasulullah berkata, apabila seorang muslim menjenguk orang muslim yang sedang sakit, maka ia berada di dalam ‘khurfatul jannah’
Menjenguk orang sakit amat dianjurkan dalam ajaran Islam. Karena amalan ini disamping bernilai ibadah, juga memberikan dampak positif tak hanya kepada si sakit, si penjenguk pun memperoleh manfaat darinya. Akan tetapi itu bisa diperoleh maksimal jika diiringi dengan amalan-amalan lainya.

Diriwayatkan di dalam hadits sahih muttafaq 'alaih dari Abu Hurairah r.a. bahwa Nabi saw. bersabda: “Hak orang muslim atas orang muslim lainnya ada lima: menjawab salam, menjenguk yang sakit, mengantarkan jenazahnya, mendatangi undangannya, dan mendoakannya ketika bersin."

Imam Bukhari meriwayatkan dari Abu Musa al-Asy'ari, ia berkata: Rasulullah saw. bersabda: "Berilah makan orang yang lapar, jenguklah orang yang sakit, dan tolonglah orang yang kesusahan."

Dalam Ktab Nailul-Authar, yang dimaksud dengan sabda Rasulullah saw. tentang 'hak orang muslim' ialah tidak layak ditinggalkan dan melaksanakannya ada kalanya hukumnya wajib atau sunnah muakkad yang menyerupai wajib. Sedangkan menggunakan perkataan tersebut --yakni haq (hak)—dengan kedua arti di atas termasuk bab menggunakan lafal musytarik dalam kedua maknanya, karena lafal al-haq itu dapat dipergunakan dengan arti 'wajib', dan dapat juga dipergunakan dengan arti 'tetap,' 'lazim,' 'benar,' dan sebagainya."

Begitu mulianya amalan menjenguk orang sakit, sampai-sampai Rasulullah bersabda. "Sesungguhnya apabila seorang muslim menjenguk orang muslim lainnya, maka ia berada di dalam khurfatul jannah."

Dalam riwayat lain para sahabat bertanya kepada Rasulullah saw.: "Wahai Rasulullah, apakah khurfatul jannah itu?" Beliau menjawab, "Yaitu taman buah surga."

Nah, sebelum kita semua melakukan amal kebajikan ini, berikut ini adalah hal-hal yang perlu diperhatikan bagi siapa saja yang hendak menjenguk orang sakit;

Bertanya tentang Kondisi Si Sakit kepada Keluarganya

Tentu, ketika seseorang menjenguk si sakit, maka ia juga bertemu juga dengan keluarganya. Hendaknya penjenguk menanyakan kondisi si sakit kepada mereka terlebih dahulu. Karena mereka juga memahami benar kondisi kesehatan si sakit.

Dalam sebuah hadits disebutkan bahwa suatu saat Ali bin Abu Thalib pergi, setelah ia berada bersama Rasulullah shallallahu alaihi wasallam (SAW) di saat beliau menderita sakit, yang menyebabkan wafatnya beliau. Orang-orang mengatakan,”Wahai Abu Hasan (julukan Ali bin Abi Thalib), bagaimana keadaan Rasulullah (SAW)?” Ia menjawab,”Pagi ini alhamdulillah, beliau sembuh.” (Riwayat Bukhari).

Bertanya kepada Si Sakit tentang Kondisinya

Walau sudah mengetahui keadaan si sakit lewat keluarganya, perlu juga bertanya kepada si sakit, disamping untuk memperoleh informasi tambahan, bertanya kepadanya bisa meringankan, karena ia merasa ada yang memperhatikan kondisinya.

Rasulullah (SAW) bersabda,”Kesempurnaan menjenguk orang sakit...hendaknya salah satu diantara kalian meletakkan tangannya di atas kening si sakit atau tangannya dan mengatakan kepadanya, bagaimana keadaannya.” (Riwayat Tirmidzi).

Mendoakan si Sakit

Dari Sa’ad bin Abi Waqash Radhiyallahu ‘anhu (RA) ia berkata,”Rasulullah (SAW) menjenguk saya ketika saya sakit dan mengatakan,”Allahumma isyfi Sa’dan, allahumma isyfi Sa’dan, allahumma isyfi Sa’dan.” (Riwayat Muslim).

Doa itu bermakna, ya Allah, sembuhkanlah Sa’ad. Selain doa ini, ada pula beberapa doa yang lainnya.

Berpesan kepada Keluarga Si Sakit agar Melayaninya dengan Baik

Sesungguhnya seorang perempuan dari Juhainah mendatangi Rasulullah (SAW) dalam keadaan hamil karena perzinaan lalu ia mengatakan,”Wahai Rasulullah, saya telah terkena hadd, maka lakukanlah itu kepada saya.” Maka Rasulullah (SAW) mendatangi walinya dan berpesan,”Perlakukanlah ia dengan baik...” (Riwayat Muslim).

Para ulama menyamakan kondisi hamil dengan sakit. Sehingga Imam Nawawi menjadikan hadits ini sebagai dalil atas dianjurkannya berpesan kepada keluarga agar memperlakukan si sakit dengan baik.

Menghibur Si Sakit

Agar si sakit merasa tenang, dianjurkan juga penjenguk menghiburnya. Rasulullah (SAW) bersabda,”Jika kalian mengunjungi orang sakit...hilangkan kekhawatirannya mengenai ajal, itu tidak bisa menolak apapun, akan tetapi bisa menghibur dirinya.” (Riwayat Tirmidzi).

Ibnu Alan menjelaskan, bahwa menghibur si sakit bisa menggunakan ungkapan, Allah akan memperpanjang umurmu atau Allah akan menyembuhkanmu.

Menyebut Kebaikan Si Sakit

Menyebut kebaikan si mayit, bisa membesarkan hatinya, terutama dalam menghadapi situasi yang membuat si sakit khawatir. Ini sejalan dengan hadits yang diriwayatkan Imam Muslim.

Dari Ibnu Syumamah, ia berkata,”Kami menghadiri Amru bin Ash (RA) dan beliau telah mendekati ajal. Beliau menangis lama, kemudian memalingkan wajahnya ke dinding, hingga putra beliau mengatakan,”wahai ayah, bukankah Rasulullah telah memberi kabar gembira kepadamu dengan begini?” Bukankah Rasulullah telah memberi kabar gembira kepadamu dengan begini?” Bukankah Rasulullah telah memberi kabar gembira kepadamu dengan begini?” (Riwayat Muslim).

Meminta Doa kepada Si Sakit

Menjenguk si sakit memberi manfaat juga kepada si penjenguk, karena doa si sakit lebih mudah terkabul. Sehingga dianjurkan agar penjenguk meminta doa kepada si sakit. Rasulullah (SAW) bersabda,”Jika kalian mengunjugi orang sakit...maka mintalah agar ia mendoakanmu. Sesungguhnya doanya seperti doa para malaikat.” (Riwayat Ibnu Majah)
sumber : Hidayatullah.com

Selengkapnya......

Kamis, 11 Juni 2009

Nilai Ujian Bahasa Arab semester II

#

Kalian semua pada penasaran khan ? dan bertanya-tanya di dalam hati :”saya dapat berapa ya?” Kalau kalian udah belajar, insya Allah nilainya bagus, kalau nggak belajar ya ….dapat rendah deh ……
Pepatah Arab mengatakan “alal mar`i an yas`a wa laisa `alaihi idrookun najaah” artinya nich………
Setiap orang berusaha dan ia nggak tau apa berhasil atau bukan, maksudnya : “yang udah belajar saja belum jelas dapat berapa ia, apalagi yang tenang-tenang saja bah ( Kata orang batak he..he..)……………
Mau tau kan hasil ujian semester ini ? don`t be worry


Niai Ujian Semester II Bahasa Arab
Kelas 7 Taqwa
Nilai tertinggi : 98
Who are they ? ( man hunna?)
1. Fadhlah Hani
2. Miftahur Rahmah
Nilai terendah : 52 ( siapa ya ?)

Kelas 7 ikhlas
Nilai Tertinggi : 100 ( Mir`atul Khairiyah)
Nilai Terendah : 50 ( …………………………)

Kelas 7 Siddiq
Nilai Tertinggi : 96
1. Thufail Muttaqin
2. Radi tauvino
NIlai terendah : 45 ( tahu……? Siapa ya ..)

Kelas 7 Sabar
Nilai Tertinggi : 91 ( Yazid Arif)
Nilai Terendah : 52 ( siapa dia…..?)

Kelas 8 Syukur
Nilai Tertinggi : 100
1. Dyan nur latifah
2. Novita Sari
Nilai terendah : 66

Kelas 8 tawakal
Nilai Tertinggi : 100
1. Riri Octami
2. Tika Putri Yana
Nilai terendah : 62

Kelas 8 Amanah
Nilai tertinggi : 98 (Radifan Ahmad Hasby)
Nilai terendah : 44

Kelas 8 Jujur
Nilai Tertinggi : 92 ( Nadhif Arrahman)
Nilai Terendah : 66


Selengkapnya......

Remedial Bahasa Arab Semester II

#

Kalau kamu makan petai
Jangan lupa pakai ikan bawal
Ujian semester udah usai
Sekarang tinggal hasil remedial

Siapa yang remedial bahasa Arab ?

Kelas 7 Taqwa
Endah Wulandari
Lidia Oktaviana
Miftahur Raudah

Kelas 7 Ikhlas
Revika wahyu
Cindi Zuelen
Nadia Annisa Ratu
Novi Edriyani

Kelas 7 Siddiq
M. Agus Siswanto
M. furqan

Kelas 7 Sabar
Hamdi
Febriano

Kelas 8 Syukur
Alhamdulillah, tidak ada yang remedial . Congratulation !!!

Kelas 8 Tawakal
Ternyata………..lulus semua neh. Tidak ada yang remedial. Selamat ya buat kalian semua. Tahniah!!!

Kelas 8 Jujur
Selamat !!! kalian semua dinyatakan tidak ada yang remedial…( jagan lupa ucap Alhamdulillah ya??)
Bagaimana dengan kelas 8 amanah ??????

Kelas 8 Amanah
Darwis
Alfiqah Adha
Rodyan Siddiq
Putra Ramadhan
Dan………………………..Mahmub mahmudzi

Jadwal Remedial bahasa Arab
Ujian Remedial : Sabtu, 13 Juni 2009
Kelas 7
Tempat : Kelas 8 Syukur
Waktu : Mulai pukul 07.30 - Selesai

Kelas 8
Tempat : Kelas 8 Tawakal
Waktu : Mulai pukul 09.30 - selesai

Syukran `ala husni lihtimamikum…
Mudarrisukumul `arabiyah


Selengkapnya......